LESSON 1
“Being responsible sometimes means pissing people
off.”
Kepemimpinan
yang baik adalah yang mengutamakan kebaikan untuk kelompok yang dipimpinanya,
itu berarti akan bertentangan dengan orang yang kepentingannya kebetulan
berlawanan dengan kebutuhan kelompok. Bisa dikatakan terkadang kebijakan anda
akan membuatnya marah atau memusuhi anda. Jika anda kurang berani, mungkin anda
akan menghindari keputusan-keputusan sulit, menghindari bermasalah dengan
anggota kelompok yang anda pimpin, atau bahkan tawar menawar yang hanya sekedar
agar membuatnya tidak terlalu marah. Jika anda melakukannya, anda adalah
pemimpin yang biasa saja. Dan itu tidak baik. Tetapi, yakinlah, sering kali
orang yang marah atau bertentangan dengan anda justru dialah orang yag paling
kreatif dan produktif dalam organisasi. Jangan menganggapnya sebagai musuh,
tetapi hadapilah dengan fair dan berani. Hindarilah debat kusir
dengannya, dan pastikan ketika perdebatan semakin panas, semua anggota tahu
bahwa itu tidak dimasukkan dalam hati dan dalam rangka menemukan solusi, bukan
menemukan siapa pemenangnya.
LESSON 2
“The day soldiers stop bringing you their problems
is the day you have stopped leading them. They have either lost
confidence that you can help them or concluded that you do not care.
Either case is a failure of leadership.”
Masalah
seperti ini biasanya ada dua penyebab. Pertama, orang-orang yang anda pimpin apatis
atau tidak peduli dengan organisasi lagi. Atau yang kedua, ada hambatan
komunikasi antara anda sebagai pemimpin dengan anggota dalam lembaga yang anda
pimpin. Jangan memandang protes atau permintaan bantuan dari anggota adalah
sebuah kegagalan. Hal itu justru menunjukka kalau mereka bekerja dan menghadapi
masalah. Pemimpin sejati membuat dirinya mudah diakses. Bahkan dengan anggota
yang paling tidak komunikatif atau yag paling rendah posisinya dalam
organisasi. Mudah diakses juga berarti tidak menutup mata terhadap apa yang
dihadapinya.
LESSON 3
“Don’t be buffaloed by experts and elites.
Experts often possess more data than judgment. Elites can become so
inbred that they produce hemophiliacs who bleed to death as soon as they are
nicked by the real world.”
Jangan
menelan mentah-mentah masukan dari orang yang lebih senior atau punya posisi
tinggi. Masukan dari mereka wajib diperhatikan, tetapi seringkali senior
memberikan saran yang “membabi-buta”. Menceritakan prestasi di masa lalu
(mungkin dilebih-lebihkan) tanpa membandingkan kondisi saat ini. Mungkin
niatnya baik, untuk memotivasi. Tetapi dengan kemasan cara bicara yang salah
akan membuat niatan itu berlawanan, membuat kita jadi pesimis karena merasa
prestasinya terlalu jauh dari harapan. Pemimpin yang baik harusnya mampu mem-filter
mana masukan dan kritik yang sesuai. Hati-hati! Hal ini bukan berarti anda
perlu anti-masukan dan kritik. Tetapi bijaksanalah dalam menyerap dan
menanggapi masukan dan kritik. Melangkahlah sedikit-demi sedikit, tetapi dengan
langkah nyata dan percepatan. Untuk organisasi yag baru, percepatan yag rendah
bisa dimaklumi. Tetapi untuk organisasi yang telah lama berdiri, harus ada
peningkatan dari generasi ke generasi.
LESSON 4
“Don’t be afraid to challenge the pros, even in
their own backyard.”
Melengkapi
pelajaran sebelumnya. Belajarlah dari yang lebih profesional. Lebih
senior bukan berarti lebih profesional. Carilah mereka (para profesional) dan
jadikan mereka sebagai mentor atau bahkan mitra kerja. tetapi, terkadang mereka
juga bisa menjadi orang yang cepat puas atau malas. Pemimpin sejati tidak
muncul dari ketaatan buta terhadap seseorang. Bary Rand (Xerox) menyarankan,
jika kamu menemukan seorang “yes man”, ia adalah masalah. Kepemimpinan
bukanlah hal menciptakan pengikut setia saja, tetapi bagaimana merangsang orang
yang dipimpin ber-evolusi. Sehingga ketika mereka harus menggantikan
anda sebagai pemimpin, organisasi tidak akan mulai dari nol lagi.
LESSON 5
“Never neglect details. When everyone’s mind
is dulled or distracted the leader must be doubly vigilant.”
Strategi
(perencanaan) erat kaitannya dengan suksesnya pelaksanaan (execution).
Program kerja yang baik tidak akan ada artinya jika tidak bisa dilaksanakan
dengan efektif dan efisien. Pemimpin yang buruk merasa menjadi “orang yang
di atas”, dia tidak perlu memperhatikan setiap detail, para anggota lah
yang memikirkannya. Sebaliknya, pemimpin sejati mampu memperhatikan setiap
detail tugas yang diberikan pada anak buahnya, sehingga ketika ada yang“salah”
ia akan langsung menyadari da mencari solusi.
LESSON 6
“You don’t know what you can get away with until you
try.”
Jangan
salah mengartikan ungkapan, “it’s easier to get forgiveness than
permission.” Jika anda melakukan sesuatu, lakukanlah dengan yakin dan niat
baik. Jika nanti ternyata tindakan. keputusan anda salah, tinggal minta maaf.
tetapi bukan berarti menganggap enteng akibat dari kesalahan anda. Pelajaran
dari ungkapan tersebut adalah, jangan banyak bertanya dan meminta masukan,
tetapi tidak bisa merealisasikan masukan tersebut. Jangan pernah berpikir,
“Saya berterima kasih atas semua masukannya, tetapi jika saya belum bisa
melakukannya mohon dimaklumi karena semua itu terlalu sulit buat saya.”
LESSON 7
“Keep looking below surface appearances. Don’t
shrink from doing so (just) because you might not like what you find.”
Banyak
pemimpin yang melakukan kesalahan dalam hal ini. Mereka takut mengevaluasi atau
meninjau lebih jauh suatu masalah hanya karena mengira akan menemukan masalah
yang tidak ia sukai. Pemimpin sejati seharusnya mau melihat secara mendalam dan
mengevaluasi setiap tindakan. Jika memang benar menemukan masalah yang tidak
mengenakkan baginya, hadapi saja. Jika anda takut bertemu dengan masalah saat
mengevaluasi, berarti anda sedang berangan-angan. Tidak ada kata “No Problem”,
sekecil apapun, pasti ada masalah.
LESSON 8
“Organization doesn’t really accomplish
anything. Plans don’t accomplish anything, either. Theories of
management don’t much matter. Endeavors succeed or fail because of the
people involved. Only by attracting the best people will you accomplish
great deeds.”
Aset
terbaik sebuah organisasi adalah SUMBER DAYA MANUSIA. Sebaik dan sebesar apapun
organisasinya, perencanaannya dan bahkan pendanaannya, tanpa sumber daya
manusia yang memadai, semua akan sia-sia. Janga takut untuk menerima SDM
terbaik. Hilangkan kekhawatiran, “Mereka akan menjadi pesaing yang merebut
posisiku.” Carilah sebanyak-banyaknya SDM yang berkualitas.
LESSON 9
“Organization charts and fancy titles count for next
to nothing.”
Jangan
terlalu melihat posisi tiap orang dalam struktur organisasi atau jabatannya.
Memang setiap posisi memiliki porsi tugas dan wewenang masing-masing. Sebagai
pemimpin, anda harus pandai-pandai melihat siapa pemimpin informal dalam
organisasi yang anda pimpin. Berdayakan mereka untuk merangsang dinamisnya
gerak aktifitas organisasi. Ingat! Posisi atau jabatan seringkali tidak
diberikan karena kemampuan dan kepemimpinan seseorang.
LESSON 10
“Never let your ego get so close to your position
that when your position goes, your ego goes with it.
Jangan
sombong dengan posisi anda. Pemimpin yang baik harus menyadari bahwa suatu saat
segala sesuatu akan menjadi usang. Jangan biarkan diri anda menjadi usang haya
karena kebutaan yag disebabkan ego dan kesombongan anda. Jangan cukup puas
dengan, “Saya pernah mengikuti pelatihan ini, makanya saya mampu.” Dan
anda menyatakannya terus menerus tanpa menyadari orang lain telah mempelajari
hal yang baru. Berharganya seorang pemimpin bukan seberapa kemampuannya saat
ini, tetapi seberapa banyak ia meningkatkan kemampuannya.
LESSON 11
“Fit no stereotypes. Don’t chase the latest
management fads. The situation dictates which approach best accomplishes
the team’s mission.”
Jangan
terjebak dengan prestasi-prestasi masa lalu. Visi dan misi kita harus
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Gunakan teknik-teknik manajemen
dengan benar, sehingga aplikasinya benar-benar menjadi bervariasi tergantung
kondis yang dihadapi. Ilmu manajemen bukanlah sekedar mantra yang
dihafalkan dan dimengerti, tetapi merupakan alat yang perli diaplikasikan dengan benar.
LESSON 12
“Perpetual optimism is a force multiplier.”
Optimisme
memberikan efek yang luar biasa. Jika anda ingin menjadi pemimpin sejati,
selalu bersikap optimis. Di sini saya tidak membicarakan orang yang mengatakan,
“Jangan khawatir, tak akan ada masalah.” sambil tersenyum. Tetapi
katakan, “Kita bisa mengatasi semua ini, kita mampu meraih tujuan dan kita
akan melakukan yang terbaik.”
LESSON 13
“Powell’s Rules for Picking People:” Look for
intelligence and judgment, and most critically, a capacity to anticipate, to
see around corners. Also look for loyalty, integrity, a high energy
drive, a balanced ego, and the drive to get things done
Saat
merekrut anggota baru, jaga menilai apa yang bisa mereka berikan saat ini.
Tetapi apa yag bisa mereka hasilkan di masa depan. Tolok ukur penilaiannya ada
pada loyalitas, integritas, kemampuan menilai, energi dan kemampan melakukan
tugas dengan baik dan benar. Bibit yang baik tidaklah cukup, perlu KADERISASI untuk membentuknya.
LESSON 14
“Great leaders are almost always great simplifiers,
who can cut through argument, debate and doubt, to offer a solution everybody
can understand.”
KISS,
Keep It Smile, Stupid! Kedengaran konyol, mungkin saja. Tetapi itulah yang
dibutuhka pemimpin sejati. Berpikir dengan dingin dan jernih. Jangan mudah
terbawa emosi, seberapapun panasnya perdebatan. Pemimpin sejati harus mampu
menyederhanyakan permasalahan sehingga jelas bagi semuanya, tanpa menghilangkan
hal yang penting. Pernyataannya harus tegas dan jelas, mudah dimengerti dan
tidak ambigu.
LESSON 15
Part I: “Use the formula P=40 to 70, in which P
stands for the probability of success and the numbers indicate the percentage
of information acquired.”
Part II: “Once the information is in the 40 to 70
range, go with your gut.”
Jangan
terlalu cepat memutuskan atau mengambil tindakan terhadap masalah yang infonya
kurang lengkap. Batas 40% mungkin bisa jadi pertimbangan yang baik. Juga jangan
menunggu hingga semua informasi terkumpul 100%. Bisa saja akan menjadi
terlambat sebelum anda memutuskan untuk melakukan sesuatu.
LESSON 16
“The commander in the field is always right and the
rear echelon is wrong, unless proved otherwise.”
Orang
yang terjun langsung di lapangan biasanya yang lebih memahami situasi. Tetapi
ingat, orang lapangan bukan
berarti orang yang hanya mumpuni karena bisa tali-temali, mendirikan tenda atau
lainnya. Yang dimaksud orang lapangan adalah orang yang mampu memimpin di
lapangan, menyelesaikan masalah di lapangan, bertindak dengan benar di
lapangan.
LESSON 17
“Have fun in your command. Don’t always run at
a breakneck pace. Take leave when you’ve earned it: Spend time with your
families. Corollary: surround yourself with people who take their work
seriously, but not themselves, those who work hard and play hard.”
Hidup
harus seimbang, jangan terlalu membenamkan diri dengan urusan pekerjaan atau
organisasi yang anda pimpin. Beri waktu juga untuk refreshing dan suko-suko.
LESSON 18
“Command is lonely.”
Tak
dipungkiri, menjadi pemimpin berarti tanggung jawab yang lebih besar dari pada
orang lain. Jika anda menjadi pemimpin, bersiaplah untuk merasa sendirian.
Karena beban yang anda pikul pasti lebih berat dari orang lain.
“Leadership is the art of accomplishing more than
the science of management says is possible.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan jika ingin komentar, namun jangan komen yang berbau sara ya...