18 Leadership Lesson



LESSON 1
“Being responsible sometimes means pissing people off.”
Kepemimpinan yang baik adalah yang mengutamakan kebaikan untuk kelompok yang dipimpinanya, itu berarti akan bertentangan dengan orang yang kepentingannya kebetulan berlawanan dengan kebutuhan kelompok. Bisa dikatakan terkadang kebijakan anda akan membuatnya marah atau memusuhi anda. Jika anda kurang berani, mungkin anda akan menghindari keputusan-keputusan sulit, menghindari bermasalah dengan anggota kelompok yang anda pimpin, atau bahkan tawar menawar yang hanya sekedar agar membuatnya tidak terlalu marah. Jika anda melakukannya, anda adalah pemimpin yang biasa saja. Dan itu tidak baik. Tetapi, yakinlah, sering kali orang yang marah atau bertentangan dengan anda justru dialah orang yag paling kreatif dan produktif dalam organisasi. Jangan menganggapnya sebagai musuh, tetapi hadapilah dengan fair dan berani. Hindarilah debat kusir dengannya, dan pastikan ketika perdebatan semakin panas, semua anggota tahu bahwa itu tidak dimasukkan dalam hati dan dalam rangka menemukan solusi, bukan menemukan siapa pemenangnya.

LESSON 2
“The day soldiers stop bringing you their problems is the day you have stopped leading them.  They have either lost confidence that you can help them or concluded that you do not care.  Either case is a failure of leadership.”
Masalah seperti ini biasanya ada dua penyebab. Pertama, orang-orang yang anda pimpin apatis atau tidak peduli dengan organisasi lagi. Atau yang kedua, ada hambatan komunikasi antara anda sebagai pemimpin dengan anggota dalam lembaga yang anda pimpin. Jangan memandang protes atau permintaan bantuan dari anggota adalah sebuah kegagalan. Hal itu justru menunjukka kalau mereka bekerja dan menghadapi masalah. Pemimpin sejati membuat dirinya mudah diakses. Bahkan dengan anggota yang paling tidak komunikatif atau yag paling rendah posisinya dalam organisasi. Mudah diakses juga berarti tidak menutup mata terhadap apa yang dihadapinya.

LESSON 3
“Don’t be buffaloed by experts and elites.  Experts often possess more data than judgment.  Elites can become so inbred that they produce hemophiliacs who bleed to death as soon as they are nicked by the real world.”
Jangan menelan mentah-mentah masukan dari orang yang lebih senior atau punya posisi tinggi. Masukan dari mereka wajib diperhatikan, tetapi seringkali senior memberikan saran yang “membabi-buta”. Menceritakan prestasi di masa lalu (mungkin dilebih-lebihkan) tanpa membandingkan kondisi saat ini. Mungkin niatnya baik, untuk memotivasi. Tetapi dengan kemasan cara bicara yang salah akan membuat niatan itu berlawanan, membuat kita jadi pesimis karena merasa prestasinya terlalu jauh dari harapan. Pemimpin yang baik harusnya mampu mem-filter mana masukan dan kritik yang sesuai. Hati-hati! Hal ini bukan berarti anda perlu anti-masukan dan kritik. Tetapi bijaksanalah dalam menyerap dan menanggapi masukan dan kritik. Melangkahlah sedikit-demi sedikit, tetapi dengan langkah nyata dan percepatan. Untuk organisasi yag baru, percepatan yag rendah bisa dimaklumi. Tetapi untuk organisasi yang telah lama berdiri, harus ada peningkatan dari generasi ke generasi.

LESSON 4
“Don’t be afraid to challenge the pros, even in their own backyard.”
Melengkapi pelajaran sebelumnya. Belajarlah dari yang lebih profesional. Lebih senior bukan berarti lebih profesional. Carilah mereka (para profesional) dan jadikan mereka sebagai mentor atau bahkan mitra kerja. tetapi, terkadang mereka juga bisa menjadi orang yang cepat puas atau malas. Pemimpin sejati tidak muncul dari ketaatan buta terhadap seseorang. Bary Rand (Xerox) menyarankan, jika kamu menemukan seorang “yes man”, ia adalah masalah. Kepemimpinan bukanlah hal menciptakan pengikut setia saja, tetapi bagaimana merangsang orang yang dipimpin ber-evolusi. Sehingga ketika mereka harus menggantikan anda sebagai pemimpin, organisasi tidak akan mulai dari nol lagi.

LESSON 5
“Never neglect details.  When everyone’s mind is dulled or distracted the leader must be doubly vigilant.”
Strategi (perencanaan) erat kaitannya dengan suksesnya pelaksanaan (execution). Program kerja yang baik tidak akan ada artinya jika tidak bisa dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemimpin yang buruk merasa menjadi “orang yang di atas”, dia tidak perlu memperhatikan setiap detail, para anggota lah yang memikirkannya. Sebaliknya, pemimpin sejati mampu memperhatikan setiap detail tugas yang diberikan pada anak buahnya, sehingga ketika ada yang“salah” ia akan langsung menyadari da mencari solusi.

LESSON 6
“You don’t know what you can get away with until you try.”
Jangan salah mengartikan ungkapan, “it’s easier to get forgiveness than permission.” Jika anda melakukan sesuatu, lakukanlah dengan yakin dan niat baik. Jika nanti ternyata tindakan. keputusan anda salah, tinggal minta maaf. tetapi bukan berarti menganggap enteng akibat dari kesalahan anda. Pelajaran dari ungkapan tersebut adalah, jangan banyak bertanya dan meminta masukan, tetapi tidak bisa merealisasikan masukan tersebut. Jangan pernah berpikir, “Saya berterima kasih atas semua masukannya, tetapi jika saya belum bisa melakukannya mohon dimaklumi karena semua itu terlalu sulit buat saya.”

LESSON 7
“Keep looking below surface appearances. Don’t shrink from doing so (just) because you might not like what you find.”
Banyak pemimpin yang melakukan kesalahan dalam hal ini. Mereka takut mengevaluasi atau meninjau lebih jauh suatu masalah hanya karena mengira akan menemukan masalah yang tidak ia sukai. Pemimpin sejati seharusnya mau melihat secara mendalam dan mengevaluasi setiap tindakan. Jika memang benar menemukan masalah yang tidak mengenakkan baginya, hadapi saja. Jika anda takut bertemu dengan masalah saat mengevaluasi, berarti anda sedang berangan-angan. Tidak ada kata “No Problem”, sekecil apapun, pasti ada masalah.

LESSON 8
“Organization doesn’t really accomplish anything.  Plans don’t accomplish anything, either.  Theories of management don’t much matter.  Endeavors succeed or fail because of the people involved.  Only by attracting the best people will you accomplish great deeds.”
Aset terbaik sebuah organisasi adalah SUMBER DAYA MANUSIA. Sebaik dan sebesar apapun organisasinya, perencanaannya dan bahkan pendanaannya, tanpa sumber daya manusia yang memadai, semua akan sia-sia. Janga takut untuk menerima SDM terbaik. Hilangkan kekhawatiran, “Mereka akan menjadi pesaing yang merebut posisiku.” Carilah sebanyak-banyaknya SDM yang berkualitas.

LESSON 9
“Organization charts and fancy titles count for next to nothing.”
Jangan terlalu melihat posisi tiap orang dalam struktur organisasi atau jabatannya. Memang setiap posisi memiliki porsi tugas dan wewenang masing-masing. Sebagai pemimpin, anda harus pandai-pandai melihat siapa pemimpin informal dalam organisasi yang anda pimpin. Berdayakan mereka untuk merangsang dinamisnya gerak aktifitas organisasi. Ingat! Posisi atau jabatan seringkali tidak diberikan karena kemampuan dan kepemimpinan seseorang.

LESSON 10
“Never let your ego get so close to your position that when your position goes, your ego goes with it.
Jangan sombong dengan posisi anda. Pemimpin yang baik harus menyadari bahwa suatu saat segala sesuatu akan menjadi usang. Jangan biarkan diri anda menjadi usang haya karena kebutaan yag disebabkan ego dan kesombongan anda. Jangan cukup puas dengan, “Saya pernah mengikuti pelatihan ini, makanya saya mampu.” Dan anda menyatakannya terus menerus tanpa menyadari orang lain telah mempelajari hal yang baru. Berharganya seorang pemimpin bukan seberapa kemampuannya saat ini, tetapi seberapa banyak ia meningkatkan kemampuannya.

LESSON 11
“Fit no stereotypes.  Don’t chase the latest management fads.  The situation dictates which approach best accomplishes the team’s mission.”
Jangan terjebak dengan prestasi-prestasi masa lalu. Visi dan misi kita harus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Gunakan teknik-teknik manajemen dengan benar, sehingga aplikasinya benar-benar menjadi bervariasi tergantung kondis yang dihadapi. Ilmu manajemen bukanlah sekedar mantra yang dihafalkan dan dimengerti, tetapi merupakan alat yang perli diaplikasikan dengan benar.

LESSON 12
“Perpetual optimism is a force multiplier.”
Optimisme memberikan efek yang luar biasa. Jika anda ingin menjadi pemimpin sejati, selalu bersikap optimis. Di sini saya tidak membicarakan orang yang mengatakan, “Jangan khawatir, tak akan ada masalah.” sambil tersenyum. Tetapi katakan, “Kita bisa mengatasi semua ini, kita mampu meraih tujuan dan kita akan melakukan yang terbaik.”

LESSON 13
“Powell’s Rules for Picking People:” Look for intelligence and judgment, and most critically, a capacity to anticipate, to see around corners.  Also look for loyalty, integrity, a high energy drive, a balanced ego, and the drive to get things done
Saat merekrut anggota baru, jaga menilai apa yang bisa mereka berikan saat ini. Tetapi apa yag bisa mereka hasilkan di masa depan. Tolok ukur penilaiannya ada pada loyalitas, integritas, kemampuan menilai, energi dan kemampan melakukan tugas dengan baik dan benar. Bibit yang baik tidaklah cukup, perlu KADERISASI untuk membentuknya.

LESSON 14
“Great leaders are almost always great simplifiers, who can cut through argument, debate and doubt, to offer a solution everybody can understand.”
KISS, Keep It Smile, Stupid! Kedengaran konyol, mungkin saja. Tetapi itulah yang dibutuhka pemimpin sejati. Berpikir dengan dingin dan jernih. Jangan mudah terbawa emosi, seberapapun panasnya perdebatan. Pemimpin sejati harus mampu menyederhanyakan permasalahan sehingga jelas bagi semuanya, tanpa menghilangkan hal yang penting. Pernyataannya harus tegas dan jelas, mudah dimengerti dan tidak ambigu.

LESSON 15
Part I: “Use the formula P=40 to 70, in which P stands for the probability of success and the numbers indicate the percentage of information acquired.”
Part II: “Once the information is in the 40 to 70 range, go with your gut.”
Jangan terlalu cepat memutuskan atau mengambil tindakan terhadap masalah yang infonya kurang lengkap. Batas 40% mungkin bisa jadi pertimbangan yang baik. Juga jangan menunggu hingga semua informasi terkumpul 100%. Bisa saja akan menjadi terlambat sebelum anda memutuskan untuk melakukan sesuatu.

LESSON 16
“The commander in the field is always right and the rear echelon is wrong, unless proved otherwise.”
Orang yang terjun langsung di lapangan biasanya yang lebih memahami situasi. Tetapi ingat, orang lapangan bukan berarti orang yang hanya mumpuni karena bisa tali-temali, mendirikan tenda atau lainnya. Yang dimaksud orang lapangan adalah orang yang mampu memimpin di lapangan, menyelesaikan masalah di lapangan, bertindak dengan benar di lapangan.

LESSON 17
“Have fun in your command.  Don’t always run at a breakneck pace.  Take leave when you’ve earned it: Spend time with your families. Corollary: surround yourself with people who take their work seriously, but not themselves, those who work hard and play hard.”
Hidup harus seimbang, jangan terlalu membenamkan diri dengan urusan pekerjaan atau organisasi yang anda pimpin. Beri waktu juga untuk refreshing dan suko-suko.

LESSON 18
“Command is lonely.”
Tak dipungkiri, menjadi pemimpin berarti tanggung jawab yang lebih besar dari pada orang lain. Jika anda menjadi pemimpin, bersiaplah untuk merasa sendirian. Karena beban yang anda pikul pasti lebih berat dari orang lain.


“Leadership is the art of accomplishing more than the science of management says is possible.”
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan jika ingin komentar, namun jangan komen yang berbau sara ya...